Perlombaan Luar Angkasa Modern: Amerika vs Tiongkok

Roket Starship dari SpaceX


Di langit malam yang penuh misteri dan harapan, dua kekuatan besar di dunia berlomba menuju bintang-bintang, mengukir sejarah baru dalam eksplorasi luar angkasa. Pada tanggal 6 Juni 2024, saat roket raksasa Starship milik Elon Musk meluncur dari Texas dengan gemuruh yang menggetarkan bumi, perjalanan ambisius menuju Mars pun semakin mendekati kenyataan. Di sisi lain, Tiongkok dengan penuh tekad menaklukkan sisi jauh bulan, mengukir prestasi luar biasa dengan misi Chang’E 6 yang sukses mendarat pada 2 Juni 2024. Perlombaan antariksa antara Amerika Serikat dan Tiongkok bukan hanya tentang siapa yang lebih cepat atau lebih kuat, tetapi juga tentang impian, inovasi, dan masa depan umat manusia di luar batas-batas planet biru kita. Mari kita selami narasi menakjubkan dari persaingan monumental ini, yang membawa harapan baru bagi penjelajahan luar angkasa dan kemungkinan kehidupan di dunia lain.


Roket Raksasa Elon Musk dan Wahana Antariksa Chang’E 6
Pada tanggal 6 Juni 2024, dunia menyaksikan peluncuran roket raksasa milik miliarder Elon Musk, Starship, dalam uji terbang keempatnya. Sementara itu, wahana antariksa Chang’E 6, bagian dari misi luar angkasa Tiongkok, berhasil mendarat di sisi jauh bulan pada 2 Juni 2024. Perlombaan pendaratan di bulan antara Amerika dan Tiongkok semakin sengit. Mari kita telusuri cerita di balik perlombaan ini.


Peluncuran Roket Starship
Kamis, 6 Juni 2024, pukul 07:50 CDT atau sekitar pukul 19:50 WIB, roket Starship meluncur dari fasilitas Starbase di Boca Chica, Texas. Dengan tinggi hampir 122 meter, Starship adalah roket terbesar dan terkuat yang pernah dibuat. Peluncuran ini bukan tanpa ketegangan. Para eksekutif perusahaan dan tim teknis tetap waspada karena peluncuran roket bukanlah tujuannya.

Elon Musk sedang mengembangkan kendaraan yang dapat mengubah perjalanan luar angkasa selamanya. Sistem transportasi yang sepenuhnya bisa digunakan kembali ini adalah visi perusahaan penerbangan luar angkasa swasta SpaceX. Tujuan Musk adalah membangun kehidupan di planet lain, terutama di Mars. Ia percaya bahwa permukiman di planet lain membutuhkan banyak orang untuk dapat berdiri sendiri. Untuk mewujudkan mimpi ini, diperlukan kendaraan yang sesuai, dan Starship adalah jawabannya.

Keunggulan Teknologi Starship
Starship adalah kombinasi roket dan pesawat ruang angkasa yang dapat mengangkut lebih dari 100 orang sekaligus ke planet merah. Sistem ini dirancang untuk dapat digunakan kembali sepenuhnya, yang berarti bagian-bagian utamanya tidak dibuang di laut atau dibiarkan terbakar, tetapi dikembalikan dari luar angkasa untuk dipugar dan diterbangkan lagi. Sistem peluncuran Starship mencakup pesawat ruang angkasa bagian atas dan pendorong roket yang dikenal sebagai Super Heavy. Dari 33 mesin roket, 32 di antaranya menyala saat peluncuran.

Wahana ini berhasil mencatat sejumlah rekor penting dalam penerbangan uji coba kali ini. Termasuk bertahannya kapsul Starship saat masuk kembali ke atmosfer bumi dan jatuhnya kapsul serta pendorongnya setelah memisahkan diri dari pesawat ruang angkasa. Pendorong Super Heavy untuk pertama kalinya berhasil melakukan pendaratan dengan baik dan mengalami percikan lembut di Teluk Meksiko sekitar 8 menit setelah peluncuran. Sementara itu, kapsul Starship berhasil mencapai orbit sekitar 50 menit setelah peluncuran. Wahana antariksa ini memulai perjalanan masuk kembali ke atmosfer bumi meskipun kehilangan banyak panel dan sayap yang rusak.


Visi Jangka Panjang SpaceX
Elon Musk dalam cuitannya menyatakan bahwa ini merupakan penerbangan uji coba keempat Starship dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, SpaceX selalu gagal melakukan perjalanan penuh akibat berbagai masalah teknis. Pada uji terbang ketiga yang memakan waktu hampir satu jam pada Maret 2024, pesawat setidaknya berhasil mencapai kecepatan mendekati yang dibutuhkan untuk menempatkan kendaraan di orbit sebelum akhirnya hilang kontak. Meski hancur, upaya SpaceX tetap mendapat pujian lantaran terdapat kemajuan signifikan.

Starship mungkin juga memainkan peran dalam program Artemis NASA yang bertujuan untuk membangun kehadiran manusia jangka panjang di bulan. Pada tahun 2020, SpaceX mendapat hibah 135 juta USD dari NASA untuk memajukan desain Starship sehingga dapat digunakan sebagai pesawat pendarat berawak di bulan. Versi yang disesuaikan untuk penerbangan Artemis tidak akan memiliki pelindung panas atau penutup yang diperlukan untuk perjalanan kembali ke bumi. Sebaliknya, Starship Human Landing System akan tetap berada di luar angkasa setelah peluncuran awalnya dari bumi dan digunakan untuk beberapa perjalanan bolak-balik antara orbit bulan dan permukaan bulan.

Wahana Antariksa Chang’E 6


Wahana Antariksa Chang’E 6
Sementara itu, Tiongkok juga tidak ketinggalan dalam perlombaan luar angkasa. Pada 3 Mei 2024, Tiongkok meluncurkan wahana antariksa Chang’E 6 untuk mengumpulkan sampel dari sisi jauh bulan, yang disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia. Sebuah roket tanpa awak yang membawa wahana Chang’E 6 meluncur dari pusat peluncuran antariksa Wenchang pada pukul 17:27 waktu setempat.


Misi dan Tujuan Chang’e 6
Tiongkok menggunakan pengangkut wahana roket Long March 5B. Target yang ingin dijelajahinya adalah mendarat di cekungan kutub selatan Aitken, yaitu cekungan kawah tabrakan di sisi jauh bulan. Misi ini berupaya mengekstraksi beberapa batuan tertua di bulan dari kawah besar di kutub selatan. Namun, pendaratan tersebut penuh dengan risiko karena sangat sulit untuk berkomunikasi dengan pesawat ruang angkasa yang mencapai sisi jauh bulan.

Sejak diluncurkan, pesawat ruang angkasa Chang’E 6 telah mengorbit bulan dan menunggu untuk mendarat pada 2 Juni 2024. Komponen pendarat dari misi tersebut terpisah dari pengorbit dan berhasil mendarat di sisi jauh bulan. Selama beberapa hari berikutnya, wahana ini mengumpulkan material dari permukaan bulan. Semua orang sangat gembira karena kita bisa melihat bebatuan yang belum pernah dilihat sebelumnya, jelas pakar geologi bulan dari Universitas Manchester, John Fer.


Kemajuan Program Luar Angkasa Tiongkok
Tiongkok terus menunjukkan kemajuan signifikan dalam program eksplorasi bulan. Pada tahun 2019, Chang’E 4 berhasil mendapatkan rover Yutu 2 di belakang bulan. Disusul dengan Chang’E 5 yang membawa kembali sampel tanah dari permukaan bulan pada tahun 2020. Pada tahun 2024, Chang’e 6 mengambil sampel dari belakang bulan dan mengirimkannya kembali ke bumi. Tiongkok telah mengumpulkan sampel dari kedua sisi bulan. Setelah tahun 2024, tahapan eksplorasi bulan Tiongkok termasuk meluncurkan Chang’e 7 untuk mensurvei kutub selatan bulan secara komprehensif dan mengirimkan Chang’e 8 untuk menguji berbagai teknologi yang diperlukan.


Perbandingan Program Luar Angkasa Amerika dan Tiongkok
Ketika membandingkan program pendaratan di bulan kedua negara, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda. Amerika Serikat telah memulai program Artemis yang dibagi menjadi tiga tahap utama. Fase pertama adalah misi Artemis I, yang melibatkan peluncuran tanpa awak untuk mengelilingi bulan. Fase kedua, Artemis II, dijadwalkan pada tahun 2025 untuk mewujudkan perjalanan berawak mengelilingi bulan. Fase ketiga, Artemis III, dijadwalkan pada 2025 atau 2026 untuk mendaratkan perempuan pertama dan orang kulit berwarna pertama di kutub selatan bulan.


Teknologi dan Kapasitas
Amerika Serikat menggunakan roket Space Launch System (SLS) setinggi 65 meter dengan kapasitas muatan hingga 140 ton. Sementara itu, Tiongkok mengandalkan roket Long March 9 dengan kapasitas muatan 150 ton, yang direncanakan untuk pengujian pada tahun 2033. Namun, untuk roket Long March 10, kapasitas muatannya hanya 70 ton dan direncanakan untuk pengujian pada tahun 2027.


Tantangan dan Harapan
Meskipun kedua negara memiliki rencana ambisius untuk menjelajahi bulan, tantangan teknis dan logistik tetap menjadi penghalang utama. Amerika Serikat dengan program Artemis dan Tiongkok dengan program Chang’E, keduanya berupaya untuk mendirikan basis permanen di bulan. Jika semua berjalan sesuai rencana, kita akan melihat kemajuan luar biasa dalam eksplorasi luar angkasa dalam dekade mendatang.

Perlombaan menuju bulan ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang keinginan untuk memperluas pengetahuan manusia dan menjelajahi wilayah yang belum pernah terjamah sebelumnya. Dengan tekad dan inovasi, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok memiliki peluang besar untuk mencapai tujuan mereka dan membuka era baru dalam eksplorasi luar angkasa.

Kesimpulan
Perlombaan eksplorasi luar angkasa antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin memanas dengan capaian terbaru kedua negara. Elon Musk dan perusahaannya, SpaceX, berhasil meluncurkan roket terbesar dan terkuat, Starship, yang dirancang untuk bisa digunakan kembali, menandai kemajuan besar dalam misi eksplorasi Mars dan bulan. Di sisi lain, Tiongkok melalui misi Chang’E 6 berhasil mendarat di sisi jauh bulan, membuka peluang baru dalam penelitian ilmiah dan menjelajahi wilayah yang belum banyak diketahui manusia. Kedua negara ini tidak hanya berusaha menunjukkan kekuatan teknologi mereka, tetapi juga berlomba-lomba untuk mencapai keunggulan dalam membangun basis permanen di bulan, yang memiliki potensi besar untuk masa depan eksplorasi luar angkasa.

Perbedaan pendekatan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terlihat dari tahapan dan tujuan misi mereka. SpaceX dengan teknologi canggih dan pendekatan yang hati-hati menargetkan koloni manusia di Mars dan misi Artemis NASA yang fokus pada eksplorasi bulan yang berkelanjutan. Sementara itu, Tiongkok, meski memiliki ambisi besar, masih harus menghadapi tantangan teknis yang signifikan dan memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai pendaratan berawak di bulan. Namun, kedua negara ini menunjukkan kemajuan yang signifikan dan menciptakan kompetisi yang sehat dalam eksplorasi luar angkasa, yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan teknologi dan pengetahuan manusia tentang alam semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasehat Bijak Lao Tzu Agar Hidup Tenang dan Bahagia

Kisah 10 Miliarder Terkenal yang Awalnya Kaya Raya Hingga Jatuh Bangkrut dan Miskin

Kisah Inspiratif Li Ka-shing: Dari Keluarga Miskin Hingga Jadi Pengusaha Terkaya di Hong Kong